Terapkan P5, SDN 2 Kuripan Utara Olah Sampah Jadi Bernilai Seni
Matahari Siar.com Lombok Barat –Terapkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), SDN 2 Kuripan Utara, mengolah bahan sampah non organik menjadi karya bernilai seni. Kegiatan P5 ini yakni siswa dilibatkan mengikuti tahapan belajar pengenalan untuk membedakan sampah organik dan anorganik.
Kepala SDN 2 Kuripan Utara Munarah S.Pd mengatakan, sekolahnya telah memberlakukan penerapan P5 yakni pogram ramah lingkungan sekolah bertajuk gaya hidup berkelanjutan yaitu mengolah barang bekas dari sampah menjadi barang bergut dan bernilai seni melalui kolaborasi, baik dari guru guru maupun pelibatan tenaga ahli khusus dari luar yang memang memiliki skill didalamnya.
Dengan diterapkannya P5, diharapkan siswa mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat yang kompeten, kreatif, berkarakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila atau disebut profil pelajar pancasila.
Gerakan kontekstualnya adalah, siswa mulai melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitar, dilanjutkan dengan memilah sampah plastik dan berbahan atau dengan material kayu. Tahap aksi tersebut, untuk menyelesaikan projek sesuai dengan keinginan untuk mewujudkan dan menguatkan profil pelajar Pancasila di SDN 2 Kuripan Utara. "Memanfaatkan barang bekas di lingkungan sekitar adalah kegiatan yang positif, bisa memberikan pengalaman baru bagi anak didik untuk semakin kreatif," katanya Jum'at 20/1/23.Ia mengatakan, sampai hari ini pihaknya telah menyuguhkan hasil karya, kreasi dan keterampilan siswa berupa miniatur rumah dari material kayu serta hasil lainnya berupa tas dan dompet dari limbah plastik serta hasil lainnya.
Sementara itu, guru wali kelas lV Yanuarti Mardiah S.Pd menuturkan, dirinya sangat mengapresiasi kegiatan P5 ini dan mendukung upaya-upaya sekolah dalam penyelamatan lingkungan, terutama pengolahan sampah. "Saya sangat senang dan mendukung penuh akan kegiatan ini," aku dia.Kreativitas dalam proses P5 yakni bertajuk gaya hidup berkelanjutan. Sehingga dalam mengaplikasikan ini, dapat mengurangi pemakaian barang yang akan menimbulkan sampah, kemudian yang kedua mendaur ulang sampah dengan mengolah sampah untuk digunakan lebih lanjut dan bernilai ekonomi.
Memproses karya dari bahan sampah ini adalah relatif saja. Pertama dengan mengenalkan anak dengan bahan atau material sampah. Untuk itu, pihaknya ammengajak anak anak ke TPA untuk membedakan mana yang organik dan non organik.
Awalnya kita bagi dalam kel koompok lebih dulu untuk membuat sesuatu. Karena sampah itu banyak jenis tinggal mereka yang sesuaikan sendiri. Ini juga salah satu langkah agar siswa terbiasa untuk tidak membuang sampah sembarangan. "Kami akan mengenalkan anak dengan sampah, baik organik dan non organik," ujarnya.Dalam tahapannya, guru menunjuk dan melihatkan tayangan video sebagai bahan referensi. Proses pembuatannya tergantung mereka dan itu bebas. Si anak mau buat apa, dan itu yang akan ditampilkan.
Karena kurikulum merdeka kata Yuniarti, memperhatikan karakteristik anak. Karena dalam karateer anak itu berbeda-beda. Ada yang cukup melihat, mendengar saja mereka sudah bisa serta ada karakter yang harus detail dengan praktek baru bisa menyimpulkan kemampuan. "Untuk bisa menguasai hasil karya tadi, pihaknya akan mendampingi dan membuka video sebagai contoh untuk mempraktekkan cara dan pola jenis yang akan dibuat," terang wanita berjilbab ini. (Ikhw@N)
0 Komentar