Cari Blog Ini

Breaking News

Imbas Menunggu Penyebrangan, Sapi Milik Peternak Terkapar Mati

Imbas Menunggu Penyebrangan, Sapi Milik Peternak Terkapar Mati

Pengiriman Sapi Tani Ternak ke Jakarta Dilematis 

Sejumlah sapi milik peternak asal Dompu dan Bima sekarat mati terkapar. Pasalnya sapi sapi yang akan di expor ke luar daerah ini, disinyalir sempitnya ruang akses oksigen. Penyebab lain juga dikarenakan harus berdiri lama berhari diatas mobil tronton, sekaligus menunggu waktu penyeberangan yang terus mengambang.

Faturrahman pemilik sapi asal Dompu menyebutkan, kapan waktu penyeberangan dilakukan harus menunggu berhari hari dahulu. Bayangkan, terhitung sudah lima hari puluhan sapi miliknya, makin terus mengambang tidak jelas dan sangat membingungkan.

Padahal jika harus terlalu lama menunggu, praktis pengeluaran terus membengkak karena harus merogoh biaya makan minum dan 30 ribu untuk kebutuhan air untuk sapi setiap harinya, di  tempat parkiran terminal Segenter Lembar milik Perhubungan  Lombok Barat. 

"Saya kalau begini kenyataannya sangat kecewa sekali dengan pemerintah terkait. Terutama menyangkut soal kapan jadwal penyeberangan kami ini, itu yang paling penting," kesalnya saat diwawancara Senin, 22/5/23.

Kita sendiri sudah lima hari diskini. Bahkan ada teman teman lain yang sudah tujuh hari. Menurutnya, sampai sekarang belum ada kepastian kapan akan berangkat. Tetapi informasi yang diperolehnya mengenai muatan kapal hanya dengan kapasitasnya lima atau tujuh tronton saja. Dan itu harus berdasarkan nomor antrian. Ini betul betul pahit dan semakin mengkhawatirkan.

"Saya heran kok tidak ada intervensi sama sekali dari pihak pemerintah. Fungsi koordinasi mereka ini tidak jalan dan sangat mengecewakan kami," tukas dia.

Dikatakannya, sejak lima hari dirinya berada di terminal Segenter Lembar, sebanyak lima hingga enam ekor sapi yang mati terkapar. Kondisi ini semakin galau menggerogoti. Bagaimana tidak, selain kos untuk kebutuhan setiap hari disini, diperparah dengan resiko kematian sapi. 

"Kalau kemudian realitanya ada yang sapi yang mati seperti sekarang ini, jelas kami merugi. Untungnya masih juga ada sapi sapi yang masih dapat di sembelih, tidak terlalu berat meskipun kenyataannya merugi," ungkap Faturrahman.


Sementara supir Driver Mansyur menyesalkan kejadian khusus di Lombok NTB yang tidak ada intervensi sama sekali. Karena kata dia, berbeda sekali dengan perlakuan di daerah Bali, Banten dan Bakahuni serta daerah lainnya. Karena perlakuan di daerah luar NTB pelayanan sapi itu diutamakan, sejatinya seperti itu. Sebab sapi ini bahan pokok.

"Ini kok kami ditelantarkan seperti ini. Makanya mau ngomong semakin bingung adanya," paparnya kecewa.

Dari awal sampai hari ini tidak ada perlakuaan khusus atau intervensi pemerintah perihal ini. Seharusnya mereka ada. Mengontrol kah atau sekedar bantu koordinasi untuk ini. Bijaksanalah, apa yang harus diusahakan solusinya. Kira kira seperti itu.

"Gara gara antri menunggu penyeberangan yang tidak pasti, dampaknya sudah ada banyak sapi yang mati," pungkasnya. (Ikhw@N)



0 Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close