Sambangi Petani, Irjen Kementerian Pertanian Ikut Menanam Padi
Upaya Gerakan Nasional Dampak El Nino
Matahari.com (Lombok Barat) - Gerakan Nasional Penanganan dampak El Nino, Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian Dr.Jan Samuel Maringka beserta rombongan, sambangi Kelompok Tani Sari Merta di Desa Jagaraga Lombok Barat. Praktis sederet rombongan didampingi Kepala Dinas HK. Winengan, langsung melakukan prosesi penanaman padi bersamaan. Selain itu di perhelatan kegiatin Kunker ini, Irjen menyerahkan bantuan 1 ton bibit padi kepada para petani.
Inspektur Jenderal Kementerian Dr.Jan Samuel Maringka menyebutkan, Kunker hari ini adalah bagian dari upaya Kementerian Pertanian dalam rangka gerakan Nasional Penanganan el nino. Dimana dalam situasi el nino yang dimaksud, pihaknya sudah menetapkan bahwa NTB menjadi salah satu Propinsi Penyangga. Untuk itu, kita harapkan penanaman dengan manfaatkan musim panen yang baru saja berlangsung, dilakukan dengan percepatan mumpung airnya masih ada. Karena menghadapi situasi seperti ini, sudah memulai penanaman sehingga, proses pertumbuhan padi sudah signifikan kuat.
Gerakan percepatan ini sudah kita lakukan di setiap Propinsi dengan harapan mampu menjadi penyangga Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
"Kita sudah menetapkan 11 Propinsi untuk zona merah yang diprediksi akan mengalami hambatan kekeringan," ujarnya saat diwawancara 10/8/23.
Intervensi menghadapi dampak el nino lanjut Jan Maringka, pihaknya mengadakan rapat koordinasi dengan berbagai stakeholder baik itu dari aparat penegak hukum, kemudian juga ATRBPN dan juga Kementerian Desa.
Kita melihat Kementerian Desa ini melakukan pengawasan terhadap dana desa (DD) sesuai dengan ketentuan Menteri keuangan nomer 201 tahun 2022 mengalokasikan minimal 20 persen disetiap desa untuk kegiatan kegiatan pertanian.
Kementerian Pertanian tidak bisa bekerja sendiri, untuk itu melalui para Kepala Desa kita arahkan membetuk lumbung lumbung desa. Secara sederhana, menghadapai el nino ini agar membentuk embung-embung air menjadi penampung, baik karena hujan maupun aliran air yang tersalurkan ke embung-embung, yang mendukung gerakan lumbung desa di setiap desa.
"Dari desa kita mewujudkan ketahanan pangan tingkat Kabupaten dan tingkat Provinsi dan selanjutnya di Indonesia. Lumbung desa jaga Indonesia," tegasnya.
Secara garis besar, yang masuk didalam penghasil beras tingkat Nasional itu adalah Jawa, diluar Jawa ada Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan. Namun NTB adalah salah satu daerah pendukung. Satu gerakan tentunya kita melihat bahwa posisi Indonesia yang tersebar ini paling tidak untuk kawasan NTB, NTT dan Bali.
"Kami berharap bisa saling mendukung karena kita bicara sebagai negara kesatuan Republik Indonesia. Ada kekurangan di wilayah sana kita juga memberikan kontribusi begitu juga sebaliknya," paparnya memotivasi.
Mengenai kebijakan impor kata dia, produksi kita sudah lebih dari cukup. Dengan 10 juta hektare lahan pertanian, jika dalam 1 hektar menghasilkan 5 atau 6 ton, maka kita memiliki produksi sekitar 60 juta ton itu yang harus dilihat. Tetapi kan posisinya tidak sama. Karena kita lihat daerah daerah tertentu tidak lagi mengandalkan beras saja, akan tapi ada makanan lain pengganti beras seperti singkong, ubi jagung dan sorgum. Ini merupakan makanan alternatif yang tentu juga sesuai dengan budaya dan areanya masing-masing.
Ini yang kita sosialisasikan. Tidak makan beras bukan berarti tidak keren. Karena makanan alternatif itu juga menjadi andalan dan juga menjadi program program pemerintah, pungkasnya. (Ikhw@N)
0 Komentar