Cari Blog Ini

Breaking News

Siap Wakili Lobar Tingkat Nasional, SDN 1 Jembatan Kembar Intensifkan Program GSS


Mataharisiar.com (Lombok Barat) - Siap mengikuti Gerakan Sekolah Sehat (GSS) tingkat Nasional, SDN 1 Jembatan Kembar Lombok Barat terus memantik  semangat dan antusias, dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah, meningkatkan kompetensi guru dan kepada peserta didik.


Kepala SDN 1 Jembatan Kembar Dewa Putu Karya Spd mengatakan, sejauh ini pihaknya selalu menerapkan Gerakan Sekolah Sehat (GSS) sejak 2016 lalu. Berawal dari melihat kondisi lingkungan sekolah yang masih tergolong kumuh, dirinya sebagai pemimpin disekolah nya terpanggil untuk berbenah dengan membiasakan sekolahnya untuk berperilaku hidup bersih.


"Sejak saat itu, kami bersama dengan guru dan siswa yang ada untuk  menciptakan lingkungan belajar yang bersih,nyaman, dan berkualitas bagi siswa dan guru. Dengan demikian, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan optimal dan meningkatkan prestasi anak didik," ujarnya saat diwawancara.


Salam perjalanannya, berdasarkan hasil indikator Dikbud Kabupaten Lombok Barat baru baru ini, SDN 1 Jembatan Kembar ditunjuk dan akan mewakili Lombok Barat ke tingkat Nasional. Karena dari segi kelengkapan sarana dan prasarana, PHBS, UKS kemudian dari karakter siswa serta semua indikator lainnya termasuk bisa memenuhi persyaratan.


"Sekolah yang bisa mewakili Lombok Barat untuk tingkat Nasional rekomendasi dan berdasarkan penilaian khusus dari Dikbud. Karena kami dianggap layak, kami siap untuk itu, ungkap Kasek.


Terkait dengan  program GSS ini lanjut Dewa, pihaknya melengkapi sarana dan prasarana yang menyangkut masalah kesehatan yaitu bekerjasama dengan pihak puskesmas dan Dikbud  Kabupaten Lombok Barat. Program GSS ini sendiri berdampak positif bagi siswa terutama bagaimana lingkungan sekolah supaya tetap nyaman bersih dan sehat. Anak anak jadinya sudah terbiasa melakukannya, sehingga dengan diluar sekolah baik di lingkungan masyarakat atau di kalangan keluarganya pun, anak anak dengan sendirinya akan  melakukan seperti ini.


"Ini sangat bagus hasilnya, karena dengan GSS ini bisa menimbulkan siswa atau peserta didik yang mempunyai karakter dan kompetensi, sehingga dalam meningkatkan mutu pembelajaran lebih mudah dan lebih baik," terang dia.


Selain itu lanjut Dewa Putu, sekolah sehat ini juga harus punya kantin, RUKS kemudian harus punya tempat ibadah. Karena disini ada dua agama Islam dan agama Hindu, jadi tempat ibadah kita siapkan Mushalla dan Pure.


"Kekurangan sarananya sudah kita usulkan ke Dinas. Dan tahun ini diperkirakan akan dikasih ruang UKS," jelasnya.


Namun diakuinya, jika melihat dari kelengkapan sarana, sebenarnya masih ada yang kurang mengenai toilet nya, karena pemenuhannya tergantung dari jumlah siswa yang ada pada saat ini. Kelengkapan tersebut standarnya harus satu berbang 25. 


"Saat kita masih menggunakan toilet yang tersedia dan selanjutnya masih mengharap intervensi Dinas," ucapnya.


Saat ini kita membiasakan dan lebih aktif lagi kepada siswa untuk memberikan ruang pembinaan dari guru yang ada. Selain itu siswa juga akan diberikan pembinaan khusus oleh Dinas Kesehatan dari puskesmas mengenai bagaimana cara menanggulangi misalnya penyakit yang menular dan kita informasikan dan memberikan pembelajarannya oleh masing masing guru kelas.


Disamping itu pihaknya juga membiasakan siswa membuang sampah yang sudah disediakan dengan cara memilih sampah organik dan sampah plastik. Dari sampah organik kata Dewa Putu, pihaknya mengelola menjadi pupuk organik. Kemudian dari non organik sendiri kata Kasek, dikelola dalam bentuk kursi serta kreasinya dalam bentuk barang untuk menutup nasi dan hasilnya banyak yang sudah di jual ke Bali. Semuanya dikemas menjadi barang bernilai jual.


"Sampah ini kan sebenarnya sangat krusial. Untuk itu kita berfikir agar bagaimana caranya agar sekolah bisa terbebas dari sampah. Akhirnya kita manfaatkan menjadi barang barang bernilai ekonomis," paparnya.


Sejauh ini garapan dari hasil pupuk sudah sangat banyak. Karena setiap kali panen pupuknya bisa tembus hingga seratus karung dalm kurun waktu empat hingga lima bulan. Karena prosesnya masih manual, jadi agak lama kecuali pakai mesin. Yang penting sampah bisa kita kelola dan bisa menimbulkan masalah di sekolah. Sedangkan hasil dari sampah non organik baru di produksi hingga enam set kursi. Dan  kreasi anak untuk tutup makanan juga sudah sangat banyak terjual sampai tembus 15 hingga 20 juta. Kebanyakan terjual di Bali.


"Perolehan hasil dari kreasi anak disini, kami semuanya untuk membangun tempat ibadah," jelasnya.


Mengenai program GSS ini diharapkan anak anak bisa sehat semuanya dan membawa kebiasaan ini ke masyarakat atau ke keluarga mereka bagaimana GSS ini bisa berimbas untuk orang banyak," pungkasnya. (Ikhw@N)


0 Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close